Laksamana Richard E. Byrd

“Saat ini aku sedang menuliskan pengalamanku yang kuingat. Aku pasti sangat tidak berakal sehat dan gila bila itu tak benar-benar terjadi. Radioman dan aku dibawa ke sebuah pesawat dan kami mendapat perlakuan yang ramah. Lalu kami masuk ke dalam sebuah pesawat pengangkut yang tak terlalu besar namun tanpa roda! Pesawat itu membawa kami menuju sebuah kota yang bercahaya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Sesampainya disana, aku mendapati kota itu dibuat dari material semacam kristal. Dengan segera kita sampai di sebuah gedung besar yang belum pernah saya lihat desainnya sebelumnya.
Kami disuguhi minuman hangat dengan rasa yang juga belum pernah saya temui sebelumnya, sangat enak. Setelah sekitar 10 menit, kami berempat takjub dengan kehadiran beberapa tuan rumah yang kemudian mengatakan kami adalah teman mereka. Aku hanya tidak punya pilihan untuk menanggapi hal itu, hanya mengganguk saja. Lalu aku bersama 2 tuan rumah meninggalkan sejenak radioman untuk berjalan menuju ke sesuatu yang mungkin berfungsi sebagai lift. Lift membawa kami turun, lalu berhenti, pintu lift membuka ke atas tanpa bersuara sedikitpun. Lalu kami menuruni sebuah lorong panjang yang bercahaya merah seperti bunga rose, cahaya yang sangat bagus di seluruh dinding lorong itu, cahaya seperti bukan karena lampu tanpa memang dindingnya yang mengeluarkan cahaya itu sendiri. Lalu pergerakan kami berhenti di depan pintu besar. Di depan pintu terdapat tulisan-tulisan yang tidak bisa aku baca. Pintu besar itu lalu bergeser dengan tanpa bersuara dan aku diinsyaratkan untuk masuk. Salah satu tuan rumah yang bersama aku berkata, “tidak perlu takut laksamana, kamu akan bertemu dengan The Master”.15
Aku melangkah masuk dan mataku seperti harus membiasakan diri dengan paduan warna ruangan yang sangat indah. Lalu aku mulai melihat berkeliling. Lalu mataku terpaku pada sesuatu yang sangat indah dari seluruh yang ada di ruangan itu. Sesuatu yang terlalu indah dan sangat menakjubkan. Sangat elok dan lembut. Aku pikir tidak akan ada manusia yang dapat mendeskripsikan secara detail tentang keindahannya. Lamunanku terhenti oleh sebuah sapaan yang sangat sopan dan kualitas suara yang sangat melodius, “Aku ucapkan selamat datang di kerajaan kami, laksamana”. Aku melihat seorang laki-laki dengan penampilan lembut dan dengan lipatan-lipatan kulit wajah yang menua. Dia duduk di depan meja panjang, dia mengisyaratkan aku duduk di salah satu kursi yang mengitari meja panjang itu. Setelah aku terduduk, lalu dia tersenyum, dia berbicara dengan lembut lagi dan menyampaikan sesuatu. “Kami mempersilakan anda untuk masuk karena karakter anda yang luhur dan dikenal baik di dunia permukaan, laksamana”. Dia katakan dunia permukaan, aku menarik nafas mendengarnya. “Ya”, The Master tersenyum, “anda berada di kerajaan Arianni, dunia bawah tanah. Kami seharusnya tidak memperpanjang misi anda dan anda akan akan dikembalikan dengan aman dan jarak yang cukup jauh. Tapi untuk saat ini, aku akan mengatakan kenapa anda kami bawa kemari. Ketertarikan kami dimulai ketika ras anda meledakkan bom atom di Hirosima dan Nagasaki, Jepang. Saat itu kami mengirimkan pesawat kami bernama Flugelrads ke permukaan bumi anda untuk menyelidiki apa yang telah ras anda lakukan. Hal itu, tentu saja, sudah merupakan sejarah masa lalu, laksamana yang terhormat aku akan lanjutkan. Anda bisa memastikan bahwa ras kami tidak ada campur tangan sebelum terjadinya perang di ras anda, suatu tindakan barbar itu. Tapi untuk saat ini, kami harus campur tangan, ketika kami menyadari bahwa ras anda mempunyai sebuah energi atau senjata yang seharusnya tidak dimiliki manusia, energi atomik itu. Utusan kami sudah menyampaikan pesan kepada kekuatan-kekuatan di dunia permukaan, namun mereka tidak mengindahkannya. Sekarang anda kami undang kesini sebagai saksi bahwa keberadaan kami memang nyata. Anda bisa lihat, budaya dan teknologi kami sangat jauh di depan ras anda, laksamana”.
Aku pun mengiterupsi, “tapi apa yang harus aku lakukan tuan?”Mata The Master terlihat sangat dalam melihat ke diriku, dan setelah beberapa saat dengan pandangan itu dia menjawab, “Ras anda sekarang sudah dalam kondisi pencapaian yang tidak akan pernah kembali, diantara ras kalian ada yang secara sadar ingin memiliki kekuatan itu secara16berkelanjutan, tidak mau secara sadar untuk melepaskan energi penghancur itu”. Aku mengangguk dan dia melanjutkan, “di tahun 1945 dan sesudahnya, kami berusaha untuk mengkontak ras anda, tapi usaha kami malah berujung permusuhan, Flugelrads kami dikejar dan ditembaki secara mengamuk oleh pesawat-pesawat tempur kalian. Jadi sekarang aku bicara pada anda, anakku, terdapat sekumpulan penjahat di duniamu, kedengkian gelap tidak akan berlangsung lama. Tidak akan pernah ada jawaban dengan senjata, tidak pernah ada keamanan dengan ilmu pengetahuanmu. Itu semua hanya akan membawa setiap bunga di permukaan akan luluh lantak dan semua manusia terlibat dalam kekisruhan. Perang-perang itu hanyalah permulaan dari ras anda. Kami yang ada disini secara jelas melihat perkembangan disana setiap jamnya.. Apakah ada yang salah dengan ucapanku?” “Tidak”, aku menjawab, “masa kegelapan itu memang pernah terjadi, dan berlangsung lebih dari lima ratus tahun”. “Ya anakku”, balas The Master. “Masa kegelapan akan datang untuk ras anda dan dunia akan terselubung seperti peti mati, tapi aku percaya beberapa dari ras anda akan selamat, setelahnya aku tak bisa bicara lagi. Kami melihat dari jarak jauh, keinginan akan dunia baru datang dari kekacauan yang ada, mencari suatu keadaan yang tak ternilai harganya, dan hal itu akan ada disini, aman dalam jangkauan kami. Bila waktunya tiba, kami akan muncul kembali di permukaan untuk menolong menghidupkan kembali budayamu dan ras anda. Mungkin, kemudian anda akan sadar tentang kesia-siaan perang dan perselisihan, kemudian setelah itu beberapa budaya dan ilmu pengetahuan akan dikembalikan ke rasmu untuk dimulai kembali. Kamu, anakkku, akan kembali ke permukaan bumi dengan pesan itu”. Dengan kata penutup, pertemuan kami seperti berakhir.
Aku berdiri sejenak seperti berada di dalam mimpi, tapi.. Aku sadar ini benar-benar nyata dan untuk beberapa alasan yang aneh, aku merasa tunduk dengan mereka, entah karena rasa hormat atau kerendahan hati mereka, aku juga tidak tahu persis.Tiba-tiba, aku sadar kembali masih didampingi oleh 2 tuan rumah yang mengantar sebelumnya, dia masih berada di sampingku dan berkata lembut, “silakan laksamana”. Aku sekali lagi berbalik pandangan ke belakang melihat The Master dan dia membalas dengan senyuman, senyuman dari wajah yang lembut dan berwibawa. “Selamat tinggal anakku”, dia berkata, kedua17tangannya mengambil sikap yang sangat sopan melambai dan pertemuan kami benar-benar selesai. Dengan cepat, kami berjalan melewati pintu besar dari raung The Master dan kembali ke lift. Pintu lift tertutup tanpa bersuara dan kami kembali ke atas. Salah satu tuan rumah bicara lagi, “sekarang kita harus segera laksamana, The Master tak ingin kami menahan terlalu lama dengan jadwal dan waktu anda, serta anda harus kembali dengan pesan itu kepada ras anda”. Aku tidak berkata apapun. Semua kejadian ini hampir tidak dapat dipercaya. Kemudian aku masuk ke ruangan semula dan mendapati radioman disitu. Terlihat sekali raut kecemasan di wajahnya. Ketika aku mendekat, aku berkata, “tidak apa-apa Howie, tidak ada masalah”.

Laksamana Richard E. Byrd
Angkatan Laut US 24 Desember 1956