Aku dan Guide Sumur
Seorang guide berkata kepada saya,
"Mari sini, masuk ke dalam sumur bersama - sama dengan kami. Kami menjamin keselamatan Anda jika Anda mau masuk ke dalam sumur ini. Sumur ini adalah sumur yang paling sempurna dan tanpa cacat. Coba Anda lihat ini, ukiran di dindingnya adalah ukiran yang paling indah sepanjang masa yang sudah berusia ratusan tahun. Ayolah, tawaran ini cuma datang satu kali dalam hidup Anda dan Anda pasti akan menyesal jika tidak menerimanya."
"Wah, kelihatannya menarik, bolehkah saya masuk?" tanya saya.
"Tentu saja, silahkan masuk, saudaraku. Anda sudah memilih sumur yang tepat."
Setelah masuk dan berada di dalam sumur selama setengah jam, saya mulai ragu tentang segala ucapan guide itu tentang sumur ini. Kemudian saya menghampirinya.
"Saudaraku, saya berterima kasih sekali Anda telah memperkenalkan sumur ini kepada saya. Saya telah mendapat banyak manfaat dari sumur ini. Tapi sepertinya ukiran di dinding sumur ini bukanlah ukiran yang paling indah yang pernah saya lihat sampai saat ini. Saya mohon pamit sekarang." kataku kepada sang guide.
"Tapi Anda mau kemana?" tanyanya.
"Saya ingin menikmati hidup saya dengan melihat sumur - sumur lain dengan ukiran - ukiran indah yang lain yang berada di dinding - dindingnya. Saya berharap, saya juga bisa mengambil manfaat dari semua sumur - sumur itu, saudaraku."
"Wah, tidak seharusnya Anda melakukan hal itu setelah Anda masuk ke dalam sumur yang terbaik ini, karena itu berarti Anda masuk ke dalam kelompok orang yang hianat. Anda sudah mendustakan kesempurnaan sumur ini."
"Saudaraku, jika Anda mengajak saya untuk masuk ke dalam sebuah sumur, apakah salah jika saya MEMPERTANYAKAN SEMUA HAL klaim Anda tentang keindahan dan kesempurnaannya? Sesuatu yang sempurna seharusnya tidak takut untuk dikaji dan dikritik. Sesuatu yang sempurna seharusnya lolos uji kaji dan kritik, benar kan?"
"Tapi sumur ini adalah sumur yang paling sempurna." guide itu mulai ngotot.
"Saudaraku, jika memang sumur ini adalah sumur yang paling sempurna, tunjukkanlah kesempurnaannya melalui keteladanan sehingga saya dan orang - orang yang lain tertarik untuk memasukinya, bukan malah menunjukkan iming - iming hadiah dan ancaman, karena saya sudah tidak tertarik dengan iming - iming hadiah dan ancaman itu."
***